Gazalba soal Cerita Permata Disebut Mustahil: Indonesia Aja Kalahkan Argentina

2 days ago 3
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh menjelaskan awal mula menemukan batu permata pink diamond di perkebunan Sidney, Australia. Gazalba mengatakan batu permata itu ditemukan saat dirinya sedang bekerja di kebun.

"Pada tahun 1992 sampai dengan 1993, saya berada dan bekerja di perkebunan di Australia. Pada waktu bekerja di perkebunan, saya menemukan batu permata berwarna merah muda, pink. Saya kemudian melaporkan kepada bos saya, dan setelah bos saya melihat sejenak, lalu mengembalikan lagi ke saya dan mengatakan bahwa, 'karena kamu yang menemukan, maka kamu bisa simpan sendiri dan itu kepunyaan kamu'," kata Gazalba Saleh saat membacakan pleidoi pribadinya di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Rabu (17/9/2024).

Gazalba mengatakan penemuan batu permata di kebun bukan hal yang mustahil. Dia mencontohkan penemuan batu permata di lahan peternakan domba hingga kemenangan Indonesia saat bertanding melawan Argentina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di dalam surat tuntutan jaksa penuntut umum, dikatakan bahwa penemuan itu hal yang mustahil. Saya jawab bahwa penemuan itu tidak mustahil, dan di dunia ini semuanya bisa terjadi. Di perkebunan, di perkantoran, di pusat keramaian, di lahan peternakan domba, dan lain-lain," kata Gazalba.

"Sebagai contoh, salah satu media online tanggal 24 Februari 2004 memberitakan tentang ditemukannya batu permata di lahan peternakan domba di Australia. Kesebelasan Indonesia bisa mengalahkan Argentina, sesuatu yang mustahil menurut banyak orang karena Argentina berapa kali masuk final dan juara dunia, namun kenyataannya Indonesia bisa menang 2-1," tambahnya.


Dia mengaku mengikat batu permata itu dengan cincin dan membawanya pulang ke Indonesia tahun 1995. Dia membawa batu permata itu ke toko perhiasan di kawasan Blok M dan dihargai Rp 10 juta namun tak jadi dijual.

"Saya membawa cincin batu permata ke toko perhiasan di Blok M, Jakarta Selatan, setelah orang toko meriksa cincin tersebut dan mengatakan harganya paling tinggi Rp 10 juta, setelah saya pikir-pikir, saya tidak jadi menjual cincin batu permata tersebut, lalu meninggalkan toko cincin batu permata
tersebut, saya simpan terus dan tidak pernah saya beritakan kepada siapapun," ujarnya.

Dia mengatakan dirinya bertolak ke Singapura pada Juli 2010 untuk menemani istrinya dinas luar negeri. Dia menuturkan batu permata itu lalu dijual di Singapura senilai SGD 50 ribu dan USD 18.300 atau setara Rp 400 juta.

"Saya coba ke toko perhiasan, orang toko sempat menanyakan sertifikatnya lalu saya bilang, ini batu permata saya temukan, jadi tidak ada sertifikatnya. Dia bilang, tidak apa-apa kalau tidak ada, setelah orang toko memeriksa dengan teliti batu permata tersebut, lalu orang tersebut mengatakan, 'kalau dijual seharga 75 ribu Dollar Singapura'," kata Gazalba.

"Saya kemudian meminjam kalkulator toko untuk mengetahui nilai rupianya sesuai dengan kurs yang berlaku pada tahun 2010 tersebut, dan saya mendapatkan harga kurang lebih Rp 400 juta. Saya kaget dengan harga tersebut, sebab dibandingkan dengan harga di Indonesia sangat jauh sekali, saya kemudian memutuskan untuk melepaskan sesuai dengan harga yang dikatakan tadi. Saya dibayar dengan menggunakan mata uang Singapura, namun karena toko tersebut kekurangan uang tunai, maka saya dibayar
dengan USD dolar yakni SGD 50 ribu rupiah dan USD 18.300," tambahnya.

Dia mengatakan hasil penjualan batu permata itu disimpan dan tak diberitahu ke siapapun hingga akhirnya dirinya bertemu dengan temannya bernama Irfan pada Oktober 2010. Dia mengatakan Irfan memberitahunya jika bisnis di bidang tambang bisa menguntungkan 20-25 persen dari modal.

Untung itu diperoleh dengan cara kerja sama dengan pemegang ijin usaha tambang, kerja sama dengan pengangkutannya dan kerja sama dengan pabrikan atau pengolahan tambang. Gazalba mengaku tertarik lalu meminjamkan uang hasil penjualan batu permata itu ke Irfan.

"Saya tertarik mendengar apa yang disampaikannya, lalu teman tersebut mengatakan bahwa kalau saya punya modal, maka saya bisa gabung dengan, 'saya pinjam uang kamu dan saya balikin nanti dengan keuntungan yang bervariasi sampai dengan 25% sampai dengan 35%'. Kemudian saya pinjamkan lah untuk pertama yakni 37 ribu dolar Singapura dari uang hasil penjualan batu permata tersebut," ujarnya.

Dia mengatakan Irfan mengembalikan uang pinjaman itu senilai SGD 48.200 pada Maret 2011. Kemudian, Irfan meminjam lagi sebesar SGD 56.200 pada November 2011, USD 18.300 pada Januari 2012 hingga peminjaman lainnya pada 2012.

"Pada Januari 2012 dikembalikan sebesar 71.400 dolar Singapura dan 20.000 dan 23.200 dolar Amerika. Pada bulan Februari 2012, teman meminjam lagi 71.400 dolar Singapura Dan 23.200 dolar Amerika lalu pada bulan Juli 201...

Read Entire Article