Jurus RI Mau Geber Produksi Minyak Meski Banyak Tantangan

1 week ago 3
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mendorong produksi minyak. Meski, untuk menggeber produksi ini dihadapkan pada berbagai tantangan.

Cara yang dilakukan salah satunya ialah mengoptimalkan blok-blok minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri. Blok tersebut di antaranya ditawarkan ke China yang dikenal memiliki keunggulan teknologi dalam melakukan eksplorasi.

"Kita masih punya banyak potensi blok (migas) yang bisa untuk meningkatkan produktivitas migas nasional. Saya tawarkan kepada teman-teman investor Tiongkok beberapa potensi yang dapat kita kembangkan bersama. Di sinilah pertemuan untuk menemukan formulasi yang tepat dalam rangka pengembangan bisnis bersama," ujar Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat mengajak para delegasi Tiongkok di Bali, seperti dikutip dari laman Kementerian ESDM, Senin (9/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya Bahlil menyinggung lifting minyak Indonesia yang terus mengalami penurunan secara alami, sedangkan konsumsi dalam negeri terus meningkat. Bahlil menyebut, konsumsi minyak Indonesia telah mencapai 1,6 juta barel per hari. Sementara, lifting minyak hanya sekitar 600 ribu barel per hari.

"Di Indonesia sendiri, kita tahu bahwa lifting minyak kami semakin hari terus menurun, sedangkan konsumsi terus meningkat. Konsumsi Indonesia sekarang 1.600.000 barrel per day. Lifting minyak kami sekarang kurang lebih sekitar 600.000 barrel per day," ujar Bahlil.

Bahlil menegaskan, kerja sama yang terjalin kedua belah pihak harus saling menguntungkan dan pemerintah Indonesia akan membuka ruang sebaik-baiknya.

"Ke depan, kemitraan yang tengah dijalin di sektor energi harus saling menguntungkan kedua belah pihak. Kami akan membuka ruang yang sebaik-baiknya untuk melakukan bisnis di Indonesia dengan tetap memperhatikan aturan dan harus menguntungkan semuanya," jelasnya.

Sementara, dalam konferensi pers Kinerja Hulu Migas Semester I 2024 lalu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menerangkan, dunia mengarah ke energi baru terbarukan. Namun, banyak negara mulai realistis terhadap pertumbuhan energi baru terbarukan.

"Sudah barang tentu merupakan kepastian bahwa akan bergerak ke energi baru terbarukan, namun sekarang sudah lebih realistis kira-kira potensi energi baru terbarukan pertumbuhannya seperti apa," kata Dwi pada 19 Juli 2024 lalu.

"Oleh karena itu, sekarang hampir semua orang sangat menekankan kepada aspek ketahanan energi negara masing-masing, security, dan affordability, jadi bagaimana membuat harga energi ini bisa terjangkau begitu," ujarnya.

Lebih lanjut, Dwi mengatakan, ke depan energi mesti rendah emisi. Hal ini akan meningkatkan belanja modal (capital expenditure) karena dibutuhkan investasi untuk menangani emisi.

"Kemudian yang berikutnya adalah tekanan untuk bahwa energi ini tidak boleh hanya energi saja seperti masa yang lalu, tapi energi yang rendah emisi. Sehingga proyek-proyeknya terpaksa harus naik capex-nya karena dibutuhkan investasi-investasi untuk menangani masalah emisi," ungkapnya.

Sebagai informasi, detikcom akan menggelar Leaders Forum pada 11 September 2024 yang mengangkat tema Masa Depan Energi RI, Jaga Ketahanan Demi Kedaulatan. Acara ini digelar di Auditorium Bank Mega Jalan Kapten P Tendean Kav 12-14A, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Acara ini juga disiarkan secara langsung melalui di detikcom.

Berbagai persoalan mengenai sektor migas akan dibahas dalam acara ini. Harapannya, akan ditemukan solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Simak Video: Menerawang Masa Depan Migas RI

[Gambas:Video 20detik]

(kil/kil)

Read Entire Article