Kisah Penderita Talasemia Dapat Pengobatan Gratis Berkat Program JKN

1 week ago 1
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Orang tua penderita penyakit talasemia, Rudianto (42) bersyukur karena anaknya bisa mendapatkan pengobatan gratis berkat Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pasalnya sang anak Hanzel menderita penyakit kelainan darah bawaan atau yang biasa disebut dengan talasemia.

"Hati orang tua mana yang tidak pilu mendengar anaknya harus mengidap penyakit kelainan darah ini mas, seperti dunia rasanya runtuh menimpa saya sekeluarga, tapi kami tidak mau larut dalam kesedihan lalu memilih untuk menerima keadaan dan berjuang untuk kesehatan anak. Sejak tahun 2008 waktu program jaminan kesehatan ini masih dikelola PT Askes, hingga sekarang sudah dialihkan jadi BPJS Kesehatan, saya betul-betul menyaksikan dan merasakan manfaatnya, terutama untuk perawatan penyakit anak saya ini," kata Rudianto dalam keterangan tertulis, Selasa (10/9/2024).

Dia menjelaskan bahwa gejala penyakit talasemia baru muncul pada Hazel pada bulan ketiga setelah kelahirannya. Diawali dengan terjadinya kekuningan pada kulit sang anak yang akhirnya membuat dirinya bersama istri memutuskan untuk mengkonsultasikan keluhan tersebut kepada dokter spesialis anak di salah satu rumah sakit bilangan Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi pertama kali kami menemui kejanggalan itu pada usia tiga bulan Hazel, karena sepengetahuan kami berdasarkan informasi dokter, kekuningan pada bayi itu berlangsung sekitar dua sampai tiga minggu saja dan setelahnya stabil. Karena menurut kami kondisi anak kami cukup unik, kami langsung bawa ke rumah sakit, di sana dokter langsung menyarankan agar Hazel menjalani pemeriksaan darah untuk memastikannya. Singkat cerita akhirnya kami diinformasikan pihak rumah sakit bahwa anak kami menderita talasemia mayor," ungkapnya.

Penderita talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara berkala seumur hidupnya, pada anak-anak gejala penyakit ini baru akan terlihat saat usianya menginjak angka 3-18 bulan. Adapun faktor risiko yang paling berperan paling besar terhadap talasemia mayor adalah riwayat penyakit keluarga, yang artinya dapat menurun pada generasi selanjutnya, terutama pada kondisi kedua orang tua memiliki sifat pembawa atau carrier.

"Sejak terdiagnosa menderita talasemia mayor, dokter menjelaskan bahwa pengobatan yang harus ditempuh oleh Hazel adalah transfusi darah rutin secara berkala, serta ada terapi untuk mengurangi kadar zat besi akibat transfusi, meski dada terasa sesak mendengarnya, kami harus tetap semangat demi kesehatan anak kami ke depan. Dengan bekal status aktif peserta BPJS Kesehatan sedari awal sampai sekarang Hazel sudah berusia 16 tahun, alhamdulillah saya tidak pernah membayar sendiri pengobatannya," jelasnya.

Kemudian dirinya juga tidak keberatan membagikan pandangannya mengenai kualitas pelayanan yang didapatkan sebagai peserta Program JKN, khususnya dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) kelas rawat tiga miliknya.

Dia mengungkapkan layanan yang diterima olehnya dan anak terbilang memuaskan, hal itu terlihat dari sikap petugas baik medis dan non medis yang ramah, fasilitas perawatan sesuai dengan hak kelas rawat tanpa ada pembedaan perlakuan, serta obat-obatan yang diberikan juga tidak pernah dikurangi.

"Jujur secara pelayanan saya bisa bilang merasa puas, terlebih lagi dari sisi penjaminannya, karena dari awal sudah diberitahu bahwa transfusi darah Hazel ini seumur hidup dan harus diresepkan obat khusus tiap dua minggu sekali, alhamdulillah semuanya gratis. Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah khususnya BPJS Kesehatan karena sudah mendampingi perjuangan kami dan memberikan harapan kepada anak saya untuk dapat bertumbuh baik hingga saat ini, sukses selalu BPJS Kesehatan," tutup Rudi.

(prf/ega)

Read Entire Article