The Fed Turunkan Suku Bunga Jadi Angin Segar Termasuk ke RI, Ini Buktinya

20 hours ago 3
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga. Keputusan The Fed akan memberikan dampak yang besar kepada perekonomian dunia, khususnya negara berkembang.

Pada pertemuan September, Komite Pasar Terbuka Federal The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan. Gubernur The Fed, Jerome Powell memangkas suku bunga menjadi 4,75-5% atau 50 basis poin (bps).

Keputusan The Fed untuk mengakhiri pengetatan ekonomi terbarunya karena melonjaknya inflasi, diperkirakan terasa di seluruh dunia. Per Agustus inflasi tahunan mencapai 5,9% secara global menurut Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), dilaporkan juga inflasi rata-rata negara maju seperti AS sudah mulai rendah mendekati 2,6%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika The Fed menaikkan dan menahan bunga acuan, maka bank sentral negara lain juga ikut melakukan hal serupa. Kemudian, setelah The Fed menurunkan suku bunga, bank sentral berbagai negara pun ikut menurunkannya.

Bank Sentral Eropa bahkan telah memangkas suku bunga acuan lebih dulu dua kali pada tahun ini menjelang The Fed menurunkan suku bunga. Bank Indonesia (BI) juga kemarin sudah menurunkan suku bunga.

Direktur Pusat Psaros untuk Pasar Keuangan dan Kebijakan Georgetown University, Reena Aggarwal mengamini dampak kebijakan The Fed memang berdampak besar ke perekonomian dunia.

"Langkah Dewan Federal Reserve tidak hanya berdampak di AS. Tindakan tersebut memiliki implikasi, efek limpahan di bagian lain dunia juga," kata Aggarwal dikutip dari CNN, Kamis (19/9/2024).

Keputusan The Fed juga dapat mempengaruhi pasar valuta asing (valas) mengingat pengaruhnya terhadap nilai tukar dolar AS yang selama ini menjadi mata uang cadangan global. Hal ini dapat berimbas besar pada utang dan piutang negara-negara berkembang yang menggunakan dolar AS. Bila bunga pinjaman turun, otomatis biaya pinjaman akan menjadi lebih murah.

"Pasar negara berkembang terdampak karena banyak pinjaman mereka dalam dolar AS. Jadi mereka harus membayar bunga dan pokok dalam dolar, dan jika suku bunga berubah di AS, semua biaya pinjaman berubah," sebut Aggarwal.

Maka dari itu, beberapa negara lain telah berupaya meningkatkan profil mata uang mereka demi terbebas dari dampak yang terjadi pada kebijakan The Fed. Yang paling menonjol adalah Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) yang telah membentuk sistem moneter internasional sendiri menggunakan yuan atau renminbi.

Sejauh ini dampak penurunan bunga The Fed di Indonesia cukup memberikan angin segar kepada pasar keuangan. Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,35% terhadap dolar AS di level Rp 15.275, sementara itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat 0,75% di level 7.887,76 pagi tadi.

(hal/ara)

Read Entire Article